SatuBerita, Online//KUBU RAYA – Gelombang ikan impor semakin menggulung nelayan Kubu Raya ke tepian jurang kehancuran. Banjirnya ikan beku jenis Pacific Mackerel atau ikan salem di pasaran membuat harga ikan lokal terjun bebas, menenggelamkan harapan ribuan nelayan kecil yang menggantungkan hidup dari laut.22.03.2025
Bendahara DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kubu Raya, Busra Abdullah, menyuarakan keresahan yang makin dalam. Bagi nelayan, ini bukan sekadar persaingan, tetapi ancaman nyata terhadap keberlangsungan hidup mereka.
“Nelayan kita masih butuh dukungan. Jika pasar terus dijejali ikan impor, harga ikan lokal pasti tergerus. Bagaimana mereka bisa bertahan kalau hasil tangkapan mereka tidak lagi dihargai?” tegas Busra.
Tak hanya soal harga, Busra juga menyoroti aspek kesehatan ikan impor yang diragukan kualitasnya. Produk beku, penuh bahan pengawet, dan entah sudah berapa lama disimpan sebelum sampai ke meja makan masyarakat.
“Apakah ikan impor ini benar-benar aman dikonsumsi? Jangan sampai rakyat dicekoki ikan yang lebih murah tapi membahayakan kesehatan,” tandasnya.
Tak hanya nelayan, pedagang ikan seperti Bujang Ramalun pun ikut cemas. Pasar yang dibanjiri ikan dari luar daerah hingga impor membuat ikan lokal sulit bersaing.
“Kami pedagang memang tidak terlalu terdampak, tapi bagaimana dengan nelayan? Mereka harus berjuang di laut, bayar BBM mahal, tapi pas pulang harga ikan jatuh karena produk impor lebih murah,” keluh Bujang.
Lebih parah lagi, ancaman tak hanya datang dari impor luar negeri. Ikan dari provinsi lain seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah ikut menyerbu pasar Kalbar, mempersempit ruang gerak nelayan lokal.
Jika ini terus dibiarkan, nasib nelayan Kubu Raya akan semakin tenggelam. Mata pencaharian mereka terancam punah, dan pemerintah tak boleh tutup mata. Apakah kebijakan impor ini akan terus dibiarkan membunuh nelayan secara perlahan? Ataukah pemerintah akhirnya akan bangun dari tidur panjangnya dan bertindak tegas demi menyelamatkan rakyatnya sendiri?
Nelayan menunggu jawaban. Jangan sampai yang mereka dapat hanya janji-janji kosong!